Efek Sistem Rangking – Ranking siswa adalah urutan atau posisi yang ditempati siswa dalam suatu kelompok berdasarkan prestasi akademiknya, seperti nilai rata-rata, peringkat kelas, atau peringkat pada ujian tertentu. Ranking siswa dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan seperti penerimaan ke perguruan tinggi atau pemberian beasiswa. Bagaimana dengan adanya kurikulum merdeka saat ini? Jika merujuk pada definisi kurikulum merdeka yang menekankan pada pengembangan kreativitas, karakter, dan keterampilan, maka sistem ranking siswa mungkin tidak diterapkan secara langsung. Kurikulum merdeka lebih menekankan pada pengembangan potensi individu siswa, bukan hanya prestasi akademik, sehingga mungkin akan lebih menekankan pada pengembangan keterampilan, karakter, dan kreativitas siswa daripada pada peringkat atau ranking siswa. Namun, ini tergantung pada implementasi kurikulum merdeka di masing-masing sekolah atau wilayah, untuk itu ada baiknya kita cermati efek sistem rangking ini agar bisa mengambil keputusan yang tepat bagi anak kita.
Efek positif dan negatif adanya sistem rangking siswa
Efek positif dari sistem ranking siswa adalah:
- Meningkatkan motivasi siswa: Sistem ranking siswa dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mencapai prestasi terbaik mereka. Siswa akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan peringkat yang lebih tinggi.
- Memotivasi persaingan sehat: Sistem ranking siswa dapat memotivasi persaingan sehat antar siswa. Persaingan sehat dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang penting untuk kehidupan di masa depan.
- Membantu dalam seleksi masuk perguruan tinggi: Sistem ranking siswa dapat membantu perguruan tinggi dalam memilih siswa terbaik untuk diterima. Hal ini dapat membantu siswa dalam memperoleh kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi pilihan mereka.
Namun, efek negatif dari sistem ranking siswa adalah:
- Menimbulkan stres dan tekanan: Sistem ranking siswa dapat menimbulkan stres dan tekanan pada siswa, terutama pada siswa yang mendapatkan peringkat rendah. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik siswa.
- Menurunkan motivasi belajar: Sistem ranking siswa juga dapat menurunkan motivasi belajar pada siswa yang merasa sulit untuk mencapai peringkat yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan minat untuk belajar.
- Mengabaikan keterampilan non-akademik: Sistem ranking siswa cenderung hanya memperhatikan prestasi akademik siswa, sementara keterampilan non-akademik seperti keterampilan sosial dan kepemimpinan sering diabaikan. Hal ini dapat menyebabkan siswa yang memiliki keterampilan non-akademik yang baik merasa tidak dihargai.
Pendapat ahli pendidikan tentang sistem rangking siswa
Pendapat ahli pendidikan tentang sistem ranking siswa dapat beragam, tergantung pada sudut pandang dan konteks tertentu. Namun, beberapa ahli pendidikan berpendapat sebagai berikut:
- Dr. Richard Arum, seorang profesor sosiologi dan pendidikan di New York University, berpendapat bahwa sistem ranking siswa dapat memengaruhi motivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi akademik mereka. Namun, sistem ranking siswa juga dapat menimbulkan stres dan tekanan pada siswa dan dapat mengabaikan keterampilan non-akademik yang penting dalam kehidupan selanjutnya.
- Dr. Alfie Kohn, seorang penulis dan ahli pendidikan, menentang penggunaan sistem ranking siswa karena dapat memengaruhi motivasi belajar siswa dan mengabaikan aspek-aspek penting dalam pengembangan siswa, seperti kreativitas, karakter, dan keterampilan sosial.
- Dr. Yong Zhao, seorang profesor pendidikan di University of Kansas, berpendapat bahwa sistem ranking siswa dapat mengabaikan perbedaan individual dalam pengembangan siswa. Dr. Yong Zhao menekankan pentingnya memperhatikan keunikan dan potensi individu siswa dalam proses pendidikan.
Secara umum, pendapat ahli pendidikan tentang sistem ranking siswa cenderung beragam dan tergantung pada konteks dan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Mengapa perguruan tinggi masih menerapkan sistem rangking siswa dalam penerimaan mahasiswa baru
Perguruan tinggi masih menerapkan sistem ranking siswa dalam penerimaan mahasiswa baru karena ada beberapa alasan, di antaranya:
- Memudahkan seleksi: Sistem ranking siswa dapat memudahkan perguruan tinggi dalam melakukan seleksi mahasiswa baru. Dengan adanya ranking siswa, perguruan tinggi dapat dengan mudah menentukan siswa terbaik yang layak diterima.
- Meningkatkan kualitas mahasiswa: Dengan menerapkan sistem ranking siswa, perguruan tinggi dapat menjamin kualitas mahasiswa yang diterima. Siswa dengan peringkat yang tinggi biasanya memiliki kemampuan akademik yang baik dan potensi untuk meraih prestasi di perguruan tinggi.
- Menjaga reputasi perguruan tinggi: Perguruan tinggi juga perlu menjaga reputasi mereka dengan menerima siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik. Hal ini dapat meningkatkan daya tarik perguruan tinggi dan meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan.
Meskipun demikian, beberapa perguruan tinggi juga mulai mempertimbangkan keterampilan non-akademik seperti kepemimpinan, kreativitas, dan keterampilan sosial dalam proses seleksi mahasiswa baru. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberagaman dan mengakomodasi siswa yang memiliki potensi di bidang-bidang lainnya selain prestasi akademik.
Ketidaksingkronan sistem di sekolah menengah dengan perguruan tinggi tentang sistem rangking
Ketidaksingkronan sistem di sekolah menengah dengan perguruan tinggi tentang sistem ranking dapat terjadi karena perbedaan tujuan dan konteks pendidikan di kedua jenjang tersebut. Di sekolah menengah, sistem ranking sering digunakan untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan potensi akademik mereka dan membantu dalam proses seleksi untuk masuk perguruan tinggi. Namun, di perguruan tinggi, sistem ranking dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam seleksi mahasiswa baru dan sebagai indikator kualitas pendidikan yang diberikan.
Sistem ranking di sekolah menengah dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-masing sekolah dan daerah. Beberapa sekolah menerapkan sistem ranking berdasarkan nilai rata-rata siswa, peringkat kelas, atau peringkat pada ujian tertentu. Namun, di perguruan tinggi, sistem ranking biasanya dihitung berdasarkan nilai akademik dan keterampilan non-akademik seperti kepemimpinan dan kreativitas.
Ketidaksingkronan sistem ranking dapat menyebabkan siswa merasa tertekan dan tidak siap untuk menghadapi persyaratan yang berbeda di perguruan tinggi. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan perguruan tinggi untuk bekerja sama dalam mengembangkan sistem pendidikan yang lebih terpadu dan mempertimbangkan kebutuhan siswa secara holistik.
Perlukah siswa dan orang tua mati-matian mengejar rangking saat di sekolah
Tidak perlu bagi siswa dan orang tua untuk mati-matian mengejar ranking saat di sekolah. Meskipun sistem ranking siswa dapat memberikan motivasi dan tujuan yang jelas dalam pencapaian prestasi akademik, namun terlalu fokus pada ranking dapat mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dalam pengembangan siswa, seperti keterampilan sosial, karakter, dan kreativitas.
Sebagai gantinya, siswa dan orang tua dapat fokus pada pengembangan potensi individu siswa dan membantu siswa menemukan minat dan bakat yang mereka miliki. Hal ini dapat membantu siswa merasa lebih termotivasi dan percaya diri dalam mengembangkan diri mereka. Selain itu, siswa dan orang tua juga dapat membantu siswa untuk memperoleh keterampilan non-akademik seperti kepemimpinan, kreativitas, dan keterampilan sosial yang penting untuk keberhasilan di masa depan.
Namun, demikian tidak ada salahnya untuk tetap berusaha mencapai prestasi akademik yang tinggi dan mendapatkan ranking yang baik, selama tidak mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dalam pengembangan siswa, dan terlebih jangan sampai efek sistem rangking ini mengorbankan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yakni memerdekan siswa. (By Set)
Bacaan bagus lainnya: